Pemanasan
global karena meningkatnya emisi CO2 dan gas rumah kaca lainnya telah menyita
perhatian penduduk dunia akhir-akhir ini. Seiring dengan pemanasan global, terjadi
pula, perubahan iklim yang mendorong semakin kerapnya anomali iklim seperti
El-Nino yang menyebabkan kekeringan atau La-Nina yang mendorong terjadinya
banjir. Beberapa akibatnya di Indonesia antara lain: dalam kehidupan
sehari-hari terasa benar bahwa setiap 2 - 3 tahun udara ini makin panas, bencana
alam makin meningkat.
Usaha
penghijauan dan penghutanan kembali untuk mengurangi kandungan CO2 udara belum
dapat diharapkan mengurangi dampak iklim global. Penambatan karbon (carbon
sequestration) dalam tanah pertanian
melalui perbaikan praktek pengelolaan merupakan salah satu opsi utama untuk
mengurangi emisi CO2 ke atmosfir. Peningkatan kandungan karbon dalam tanah
dengan penggunaan tanaman penutup tanah, penambahan mulsa, kompos ataupun pupuk
kandang berhasil memperbaiki produktivitas tanah, menyuplai hara ke tanaman,
menyokong siklus nutrisi yang cepat, dan menahan pupuk mineral yang diberikan.
Namun, bersifat jangka pendek terutama di daerah tropis, karena proses
dekomposisi berlangsung cepat sehingga bahan organik mengalami pembusukan dan
mineralisasi menjadi CO2 hanya dalam beberapa musim tanam. Karena itu
penambahan bahan organic harus dilakukan setiap tahun untuk mempertahankan
produktivitas tanah.
Karbon
hitam (C), disebut sebagai biochar, dapat mengatasi beberapa keterbatasan dalam
pengelolaan karbon. Kenyataan yang ada, dan berbagai hasil penelitian,
menunjukkan bahwa biochar dapat menambah kelembaban dan kesuburan tanah
pertanian. Di samping itu, dalam konteks pengurangan emisi CO2 biochar
persisten dalam tanah bahkan dilaporkan sampai ribuan tahun.
Bahan baku pembuatan biochar
umumnya adalah residu biomasa pertanian atau kehutanan, termasuk potongan kayu,
tempurung kelapa, tandan kelapa sawit, tongkol jagung, sekam padi atau kulit
buah kacang-kacangan, kulit-kulit kayu, sisa-sisa usaha perkayuan, serta bahan
organik yang berasal dari sampah kertas, sampah kota dan kotoran hewan. Bila
limbah tersebut mengalami pembakaran dalam keadaan rendah atau tanpa oksigen
akan dihasilkan 3 substansi, yaitu; metana dan hidrogen yang dapat dijadikan bahan
bakar, bio-oil yang dapat diperbaharui, dan arang hayati (biochar) yang
mempunyai sifat stabil dan kaya karbon (>50%).
Sekumpulan
Peneliti Biochar dari Australia dan New Zealand mengemukakan hasil workshop
yang berisi tentang fakta mengenai biochar dan kemampuan potensialnya dalam
membantu lingkungan serta keuntungannya. Dikemukakan juga mengenai proses pengintegrasian
produksi bioenergi, pertanian berkelanjutan dan pengelolaan limbah menjadi
suatu pendekatan dalam pemanfaatan biochar; merupakan usaha pengelolaan yang
sinergis dan terintegrasi.
Pada
kondisi produksi terkontrol, karbon biomasa diikat dalam biochar dengan hasil
samping berupa bioenergi dan bio-product lainnya. Biochar dapat dihasilkan dari
sistem pirolisis atau gasifikasi.
Penambahan biochar ke tanah meningkatkan ketersediaan kation utama dan
posfor, total N dan kapasitas tukar kation tanah (KTK) yang pada akhimya
meningkatkan hasil. Tingginya ketersediaan hara bagi tanaman merupakan hasil dari
bertambahnya nutrisi secara langsung dari biochar, meningkatnya retensi hara,
dan perubahan dinamika mikroba tanah. Keuntungan jangka panjangnya bagi
ketersediaan hara berhubungan dengan stabilisasi karbon organik yang lebih
tinggi seiring dengan pembebasan hara yang lebih lambat dibanding bahan organik
yang biasa digunakan. Setiap tahunnya perusahaan perkebunan tebu dan tembakau menghasilkan
limbah perkebunan berupa dongkelan batang tebu, daduk, abu ketel dan batang tanaman
tembakau mencapai dalam jumlah banyak dan
sering menjadi masalah dalam hal pembuangan dan pemanfaatannya. Limbah sisa
pertanaman ini merupakan bahan sangat potensial untuk diubah menjadi biochar
dalam berbagai tingkat teknologi produksi. Melalui pengolahan biomassa yang
sederhana ataupun kompleks, akan didapat biochar yang dapat dikembalikan lagi
ke dalam areal pertanaman apakah melalui pembibitan ataupun disebarkan langsung
ke lahan produksi. Mari kita berproduksi bersih dan juga mengurangi pemanasan
iklim global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar