Rabu, 03 Oktober 2012

Si Arang Hitam Biochar

KARBON AKTIF YANG MULTIGUNA


Pemanasan global karena meningkatnya emisi CO2 dan gas rumah kaca lainnya telah menyita perhatian penduduk dunia akhir-akhir ini. Seiring dengan pemanasan global, terjadi pula, perubahan iklim yang mendorong semakin kerapnya anomali iklim seperti El-Nino yang menyebabkan kekeringan atau La-Nina yang mendorong terjadinya banjir. Beberapa akibatnya di Indonesia antara lain: dalam kehidupan sehari-hari terasa benar bahwa setiap 2 - 3 tahun udara ini makin panas, bencana alam makin meningkat.
Usaha penghijauan dan penghutanan kembali untuk mengurangi kandungan CO2 udara belum dapat diharapkan mengurangi dampak iklim global. Penambatan karbon (carbon sequestration)  dalam tanah pertanian melalui perbaikan praktek pengelolaan merupakan salah satu opsi utama untuk mengurangi emisi CO2 ke atmosfir. Peningkatan kandungan karbon dalam tanah dengan penggunaan tanaman penutup tanah, penambahan mulsa, kompos ataupun pupuk kandang berhasil memperbaiki produktivitas tanah, menyuplai hara ke tanaman, menyokong siklus nutrisi yang cepat, dan menahan pupuk mineral yang diberikan. Namun, bersifat jangka pendek terutama di daerah tropis, karena proses dekomposisi berlangsung cepat sehingga bahan organik mengalami pembusukan dan mineralisasi menjadi CO2 hanya dalam beberapa musim tanam. Karena itu penambahan bahan organic harus dilakukan setiap tahun untuk mempertahankan produktivitas tanah.


Karbon hitam (C), disebut sebagai biochar, dapat mengatasi beberapa keterbatasan dalam pengelolaan karbon. Kenyataan yang ada, dan berbagai hasil penelitian, menunjukkan bahwa biochar dapat menambah kelembaban dan kesuburan tanah pertanian. Di samping itu, dalam konteks pengurangan emisi CO2 biochar persisten dalam tanah bahkan dilaporkan sampai ribuan tahun.

Bahan baku pembuatan biochar umumnya adalah residu biomasa pertanian atau kehutanan, termasuk potongan kayu, tempurung kelapa, tandan kelapa sawit, tongkol jagung, sekam padi atau kulit buah kacang-kacangan, kulit-kulit kayu, sisa-sisa usaha perkayuan, serta bahan organik yang berasal dari sampah kertas, sampah kota dan kotoran hewan. Bila limbah tersebut mengalami pembakaran dalam keadaan rendah atau tanpa oksigen akan dihasilkan 3 substansi, yaitu; metana dan hidrogen yang dapat dijadikan bahan bakar, bio-oil yang dapat diperbaharui, dan arang hayati (biochar) yang mempunyai sifat stabil dan kaya karbon (>50%).
Sekumpulan Peneliti Biochar dari Australia dan New Zealand mengemukakan hasil workshop yang berisi tentang fakta mengenai biochar dan kemampuan potensialnya dalam membantu lingkungan serta keuntungannya. Dikemukakan juga mengenai proses pengintegrasian produksi bioenergi, pertanian berkelanjutan dan pengelolaan limbah menjadi suatu pendekatan dalam pemanfaatan biochar; merupakan usaha pengelolaan yang sinergis dan terintegrasi.
Pada kondisi produksi terkontrol, karbon biomasa diikat dalam biochar dengan hasil samping berupa bioenergi dan bio-product lainnya. Biochar dapat dihasilkan dari sistem pirolisis atau gasifikasi.




        Penambahan biochar ke tanah meningkatkan ketersediaan kation utama dan posfor, total N dan kapasitas tukar kation tanah (KTK) yang pada akhimya meningkatkan hasil. Tingginya ketersediaan hara bagi tanaman merupakan hasil dari bertambahnya nutrisi secara langsung dari biochar, meningkatnya retensi hara, dan perubahan dinamika mikroba tanah. Keuntungan jangka panjangnya bagi ketersediaan hara berhubungan dengan stabilisasi karbon organik yang lebih tinggi seiring dengan pembebasan hara yang lebih lambat dibanding bahan organik yang biasa digunakan. Setiap tahunnya perusahaan perkebunan tebu dan tembakau menghasilkan limbah perkebunan berupa dongkelan batang tebu, daduk, abu ketel dan batang tanaman tembakau mencapai  dalam jumlah banyak dan sering menjadi masalah dalam hal pembuangan dan pemanfaatannya. Limbah sisa pertanaman ini merupakan bahan sangat potensial untuk diubah menjadi biochar dalam berbagai tingkat teknologi produksi. Melalui pengolahan biomassa yang sederhana ataupun kompleks, akan didapat biochar yang dapat dikembalikan lagi ke dalam areal pertanaman apakah melalui pembibitan ataupun disebarkan langsung ke lahan produksi. Mari kita berproduksi bersih dan juga mengurangi pemanasan iklim global.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar