Senin, 22 Oktober 2012

Tebu Transgenik



TEBU TRANSGENIK, Produksi Gula pun Makin Manis
Gambar Tebu transgenik

Swasembada gula kini menjadi salah satu target pemerintah hingga 2014. Salah satu upaya mencapai target tersebut adalah penambahan areal tanam tebu. Namun untuk mendapatkan tambahan juga tidak mudah, karena terbentur berbagai kendala. Alternatif lain yang masih memungkinkan untuk mendongkrak produksi “si manis” ini adalah meningkatkan rendemen tebu. Untuk bisa meningkatkan rendemen diperlukan perbaikan tanaman tebu. Saat ini yang baru dikembangkan adalah tebu transgenik. Kementerian Pertanian mulai menanam bibit tebu transgenik pada 2012 setelah keluar Permentan 61/2011 tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan, dan Penarikan Varietas ditandatangani Menteri Pertanian pada 5 Oktober.

Selain bibit tebu transgenik, Kementan juga bakal melepas bibit jagung transgenik. Permentan 61/2011 memungkinkan pelaku usaha melepas produk pangan transgenik. Tak hanya pelaku usaha di dalam negeri, pelaku usaha asing pun boleh ikut menghasilkan bibit transgenik.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian Haryono mengatakan Permentan itu mengandung percepatan prosedur izin dan uji yang lebih ringkas.
Apabila sebelumnya proses izin bertahap dimulai dari sisi lingkungan hidup lalu diikuti teknis pertanian, pada aturan ini kedua sisi itu dapat dikerjakan bersamaan. Di Permentan ini tidak ada hal yang baru. Yang baru adalah isinya yang mengandung semangat debottlenecking, mempercepat, dan mempermudah.

Menurut Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Jember yang mengkaji tentang tanaman tebu, Prof. Dr. Bambang Sugiharto mengatakan bahwa tebu transgenik yang telah ada berasal dari tebu komersial yang sudah banyak ditanam di sentra tebu. Dengan menggunakan metode transformasi genetik, tebu tersebut kemudian dimasukkan gen pembawa sifat yang diinginkan. Tebu transgenik yang telah dihasilkan adalah tebu varietas N114T yang toleran kekeringan dengan rendemen mencapai 7,54%.
Setelah diterima masyarakat, baru akan diluncurkan tebu transgenik rendemen tinggi. Kelebihan tebu transgenik toleran terhadap kekeringan ini, dapat bertahan tanpa pengairan selama tiga bulan. Tebu ini sudah mendapatkan sertifikat keamanan lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan sertifikat keamanan pangan dari Badan POM          ( Pengawasan Obat dan Makanan).

Kamis, 04 Oktober 2012

Mulsa



MULSA PADA TANAMAN TEMBAKAU BESUKI 


Dalam upaya peningkatan produksi dan kualitas tembakau Besuki  baik Tembakau Bawah Naungan maupun Na Oogst di Jember, Penelitian Tembakau Jember melakukan uji coba penanaman tembakau di MT 2012/2013 dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak dan kombinasi dengan irigasi tetes(drip irrigation). 
Dari hasil percobaan pada bulan Juli 2012 untuk Tembakau Bawah Naungan dilakukan pemakaian irigasi tetes, mulsa dan kombinasi antara keduanya dimana hasil yang diperoleh adalah pemakaian mulsa memiliki kelebihan dibandingkan percobaan lainnya yaitu jumlah daun produksi sama dengan kontrol 22 lembar dan dapat menekan serangan penyakit mencapai 2,91%. Pemakaian irigasi tetes belum memberikan hasil maksimal hanya pertumbuhan tanaman terlihat baik. Untuk lebih mengetahui pengaruh mulsa maka dilakukan percobaan pada Tembakau Na Oogst yang ditanam pada bulan Agustus 2012.
Secara umum penggunaan mulsa lebih banyak dilakukan oleh petani tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomis tinggi dalam meningkatkan produksi mereka. Pengertian mulsa adalah sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk menutup sebagian atau seluruh permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut (Waggoner et al., 1960). Bahan utama penyusun mulsa plastik adalah low-density polyethylene yang dihasilkan melalui proses polimerisasi etilen dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi (Lamont 1993). Hasil penelitian oleh Decouteau et al. (1998, 1989) menunjukkan bahwa warna permukaan  mulsa plastik memiliki kemampuan optis dalam mengubah kuantitas dan kualitas cahaya yang dapat dimanfaatkan tanaman dalam melakukan proses pertumbuhannya. Mulsa plastik yang berwarna gelap sangat efektif dalam mengendalikan gulma, sedangkan mulsa plastik yang berwarna perak memiliki kemampuan memantulkan sekitar 33% cahaya matahari yang menerpa permukaannya (Fahrurrozi dan Stewart, 1994).
Keuntungan dari pemakaian mulsa plastik
-        Suhu tanah dan karbon dioksida, suhu rizosfir yang meningkat akan memacu
aktivitas mikroorganisme tanah dalam menguraikan bahan organik yang tersedia, sehingga terjadi penambahan hara tanah dan pelepasan karbon dioksida melalui lubang tanam.
-     Hara tanah, penambahan hara tanah tidak hanya sebagai akibat meningkatnya aktivitas mikroorganisme tanah dalam melakukan respirasi di proses dekomposisi bahan organik, tetapi juga melalui penekanan pencucian hara tanah sebagai akibat tertutupnya permukaan tanah, hal ini juga akan meningkatkan efisiensi penggunaan nitrogen dan hara-hara makro lainnya, misal P2O5 dan K2O.
-      Air tanah, penggunaan mulsa dapat mengurangi penguapan air tanah dengan mencegah terjadi perkolasi dan gerakan air tanah, sehingga dapat meningkatkan meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi.
-    Pengendalian  Gulma, hal ini terjadi karena benih-benih gulma di bawah mulsa plastik hitam tidak memiliki akses terhadap cahaya matahari untuk berfotosintesis, pertumbuhan yang lemah ini akan diperparah dengan adanya suhu yang relatif panas dan kelembaban tanah yang tinggi. 
-   Populasi Serangga, serangga yang berperan sebagai vektor bagi patogen dan virus khususnya populasi aphid dan thrips. Hal ini diduga berkaitan dengan kemampuan mulsa plastik hitam perak dalam memantulkan 33% cahaya near ultra violet dan terjadinya peningkatan suhu berkisar 25°C – 30°C  yang dapat menghambat perkembangbiakan aphids.

 -          Keuntungan lainnya, penggunaan mulsa plastik (termasuk hitam perak) dapat   
       mengurangi pemadatan tanah, sehingga tanah-tanah yang ada di bawah permukaan 
       plastik dapat menjadi lebih gembur dan mengurangi erosi tanah oleh air.
Dalam menggunakan suatu produk plastik yang undegradable pasti ada kendala yang akan dihadapi yaitu berupa limbah dari sisa penggunaan mulsa plastik maka perlu dipikirkan mengenai pengelolaan limbah tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan plastik secara berulangkali pada lubang tanam yang sama atau yang berbeda.
Hasil penelitian Fahrurrozi dkk (2006) menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik hitam perak hingga tiga kali tidak menurunkan produksi tanaman hortikultura.  Penggunaan mulsa plastik hitam perak secara berulang ini tidak hanya mengurangi limbah plastik di alam, tetapi juga dapat menekan biaya produksi.

Dari hasil pengamatan dan percobaan di tanaman Na Oogst secara sampling menunjukkan pertumbuhan tanaman normal, rata dan kematian tanaman kecil, serangan hama Thrips sp dan Bemisia sp pada mulsa cukup rendah yaitu 0,85 %. Sedangkan pada kontrol sebesar 4,24 %. Terjadinya serangan ulat juga minim. Secara keseluruhan penggunaan mulsa mampu menekan kematian tanaman yang disebabkan oleh serangan ulat tanah, penyakit tular tanah dan virus menjadi 3,31 %. Sedangkan pada kontrol sebesar 7,29 %. Selain itu penggunaan mulsa merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan efisiensi tenaga kerja pengolahan tanah dan siram. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diharapkan mampu memberikan hasil positif dan membuka peluang untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas tembakau PTPN X di masa mendatang.